
1. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolahmerupakan program yang sangat penting dalam rangka mengembangkan kemampuan literasi siswa. Gerakan literasi sekolah a alah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasan membaca pada peserta didik.Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan penilaian agar dampak keberadaan gerakan literasi sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
Gerakan Literasi Sekolah yang digagas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan didasarkan atas pandangan Beers yang menjelaskan bahwa praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
b. Perkembangan literasi yang baik bersifat seimbang. Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan, serta disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang
bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.
c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum. Pembiasaan dan pembelajaran literasi disekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran karena pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan professional guru dalam hal literasi perlu
diberikan kepada semua mata pelajaran.
d. Kegiatan membaca dan menulis dapat dilakukan kapan pun. Sebagai contoh,”menulis surat kepada presiden” atau “membaca untuk ibu” merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan. Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran dikelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan
menghormati perbedaan pandangan.
f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman. Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu mereflesikan kekayaan budaya Indonesia, agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.
2. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan :
1) Tujuan Umum Menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkadalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2) Tujuan Khusus
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi disekolah.
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca
3. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah.
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangann budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.
1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk
pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi
sebaiknya memajang karya peserta didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karyakarya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah.Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun.Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik.Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.Selain itu, literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun
pelajaran.Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster,
mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.
3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik.Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi.Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung.Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenagakependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan
keterlaksanaannya.