AI (ARTIFICIAL INTELLIGENCE) VS AI (AGAMA ISLAM)
Oleh. Sutran Mariyanto, M.T. / Guru Produktif TITL
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan pesat dan berpotensi menggantikan beberapa tugas yang selama ini dianggap eksklusif bagi kecerdasan manusia, jangan kaget nanti ketika pekerjaan kasir bank, sopir taksi, penceramah, ataupun bahkan pekerjaan dasar dokter untuk mendiagnosa penyakit juga akan digantikan oleh AI. Di sisi lain, Agama Islam (juga disingkat AI) memberikan pandangan spiritual dan filosofis tentang keunikan dan peran manusia dalam alam semesta. Seiring dengan kecemasan tentang kemungkinan AI menggantikan kecerdasan manusia, bagaimana Agama Islam memandang perkembangan ini?
Elon Musk dengan TESLA, Space X, X.Com, dan yang terbaru dengan ambisi Neuralink nya dimana dia akan menghubungkan pikiran manusia dengan komputer melalui implant elektroda yang super tipis berupa chip. Dengan chip AI ini maka robot manusia ini akan memiliki “otak” yang dapat belajar, beradaptasi, dan mungkin berinteraksi layaknya manusia, untuk sementara ini AI masih digunakan membantu orang yang lumpuh, autis , tuna wicara, tuna daksa, dan bahkan stroke, dimana kemampuan motorisnya akan dibantu dengan perintah melalui serangkaian algoritma yang ditanamkan di chip AI.
Kemudian ada juga Mark Zuckerberg dengan facebook nya yang mampu membuat algoritma AI Facebook memahami preferensi pengguna berdasarkan interaksi mereka di platform dan selanjutnya menyarankan konten yang relevan, termasuk berita, iklan, atau postingan dari teman, termasuk pengenalan wajah dimana fitur ini memungkinkan pengguna untuk dengan cepat menandai teman-teman mereka di foto.
Serta Bill Gates Bos dari Microsoft Corporation dengan produknya microsoft Azure sebagai salah satu layanan cloud computing terbesar, Azure akan memanfaatkan AI untuk menawarkan solusi analitik dan machine learning yang lebih canggih kepada pelanggan, selain Microsoft Windows dan Microsoft Office produk andalan yang sudah ditanami AI juga.
Terakhir adalah Marc Raibert , pemilik dan pendiri Boston Dinamics sebuah perusahaan desain engineering dan robotika yang paling dikenal untuk pengembangan BigDog, robot berkaki empat yang dirancang untuk militer AS dengan dana dari Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), dan DI-Guy, perangkat lunak untuk simulasi manusia realistis, dengan robot-robot otonomnya tentu bukan suatu hal yang tidak mungkin digunakan untuk hal-hal yang baik ataupun yang merugikan bagi kehidupan manusia.
AI (Artificial Intelligence): Kemajuan dan Potensi Ancaman
AI saat ini bukan hanya sebatas algoritma sederhana. Melalui deep learning dan neural networks, AI mampu belajar, mengadaptasi, dilatih, dan bahkan menciptakan solusi untuk masalah yang kompleks tanpa bantuan manusia. Dalam beberapa kasus, AI bahkan telah mengungguli manusia dalam berbagai aspek, termasuk permainan strategi, analisis data, dan bahkan seni.
Kemampuan ini memunculkan pertanyaan: Apakah akan ada titik di mana AI benar-benar menggantikan kecerdasan manusia? Apa dampaknya bagi masa depan pekerjaan, interaksi sosial, dan konsep kecerdasan itu sendiri?
AI (Agama Islam): Keunikan Kecerdasan Manusia
Agama Islam menegaskan keunikan dan martabat manusia. Manusia, menurut ajaran Islam, diciptakan dengan “fitrah” atau kodrat alamiah yang menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya. Salah satu aspek terpenting dari fitrah manusia adalah kemampuan untuk berpikir, merenung, dan memahami. Meskipun AI mungkin memiliki kemampuan untuk ‘berpikir’ dalam artian pemrosesan data, mereka tidak memiliki kesadaran, emosi, empati, dan fitrah seperti manusia.
Dari perspektif Islam, kecerdasan bukan hanya soal pemrosesan informasi, tetapi juga tentang moralitas, empati, dan kebersamaan. Kemampuan untuk memahami konsep-konsep seperti cinta, takwa, dan keadilan menjadikan kecerdasan manusia memiliki kedalaman yang tidak dapat ditiru oleh mesin ataupun AI.
Paradigma Ancaman: Menimbang Kemajuan dan Keunikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan AI menghadirkan potensi ancaman bagi keberadaan beberapa profesi dan mungkin mengubah cara kita memahami kecerdasan. Namun, penting untuk mengingat bahwa kecerdasan manusia bukan hanya soal logika dan analisis, tetapi juga nilai-nilai spiritual dan emosional.
Agama Islam, dalam hal ini, dapat memberikan panduan bagi manusia untuk memahami peran dan batasannya di era digital. Meskipun AI mungkin memiliki peran penting di masa depan, keunikan dan kedalaman kecerdasan manusia tetap menjadi hal yang tak tergantikan.
Jadi meskipun AI (Artificial Intelligence) memiliki potensi besar dan mungkin menimbulkan ancaman bagi beberapa aspek kehidupan manusia, AI (Agama Islam) mengingatkan kita tentang keunikan dan kedalaman kecerdasan manusia. Dalam menghadapi kemajuan teknologi, penting bagi kita untuk mempertahankan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pemahaman diri sebagai makhluk yang memiliki fitrah dan rohaniah.
Terakhir seperti kata pak ustad dan pak kyai ngaji saya dulu , kita mau tidak mau , suka tidak suka, terima atau menolak, maka kita tetap akan di tabrak oleh yang namanya perubahan zaman , zaman pasti berubah, baik itu teknologi, gaya hidup, iklim , alam , Populasi, dan masih banyak lagi. Dan hanya satu taruhannya ketika menghadapi itu semua agar kita menjadi manusia yang utuh dan bertaqwa kepada Allah SWT, yakni masih adanya ” Lailahaillallah Muhammadarrasulullah ” yang tetap menempel di qolbu kita sampai akhir hayat dan menjadi bekal kita diakhirat kelak, semoga . amin ya robbal alamin.
This blog was… how do you say it? Relevant!! Finally I have found something that helped me. Thank you!
thank you
keren
Terima Kasih pak